KONDISI SOSIAL BUDAYA
DALAM NOVEL ‘SEBELAS PATRIOT’
KARYA ANDREA HIRATA
Diajukan
untuk Memenuhi Ujian
Akhir Semester
Mata
Kuliah Apresiasi
Prosa Fiksi
Drs.
Moh. Najid, M.Hum.
Disma
Yulynda
122074242
PB
2012
UNIVERSITAS
NEGERI SURABAYA
Fakultas
Bahasa dan Seni
Jurusan
Bahasa dan Sastra Indonesia
2013
KONDISI
SOSIAL BUDAYA DALAM NOVEL ‘SEBELAS PATRIOT’
KARYA ANDREA HIRATA
Suatu
hal yang takkan bisa diungkapkan oleh sebuah kata namun dapat
dirasakan dalam hati, yaitu sebuah kebanggaan dan cinta. Suatu
kebanggaan adalah suatu kata yang dapat dirasakan namun tak mampu
untuk diungkapkan dengan kata-kata. Sama halnya seperti cinta yang
tumbuh entah kapan, dimana, karena apa, dan pada siapa ia
dapat memulai dan merasakannya. Kebangaan maupun cinta dapat terjadi
karena seseorang yang memiliki makna khusus dalam hati seseorang
dalam perjalan kehidupannya.
Seperti
dalam novel Sebelas Patriot karya Andrea Hirata yang menceritakan
sebuah kisah yang menggetarkan dan sangat inspiratif tentang cinta
seorang anak, pengorbanan seorang Ayah, makna menjadi orang
Indonesia, dan kegigihan menggapai mimpi-mimpi. kebanggaan dan
kecintaan seorang anak terhadap ayahnya tersebut dikemas sedemikian
menarik dengan melatar belakangi sisi kehidupan seseorang yang penuh
dangan perjuangan.
Dapat dikatakan dalam novel
ini menggunakan pendekatan mimesis. Pendekatan mimesis merupakan
pendekatan yang memandang prosa fiksi sebagai hasil ciptaan manusia
yang ditulis berdasarkan bahan-bahan yang diangkat dan semesta
(pengalaman hidup penulis atau hasil penghayatan penulis terhadap
kehidupan di sekitarnya). Moh Najid , (2009:47).
Seperti
kisah yang diceritakan dalam novel Sebelas Patriot karya Andrea
Hirata ini mengisahkan seorang anak bernama Ikal yang mempunyai
kebanggaan terhadap ayahnya karena ayahnya pernah menjadi salah satu
pemain sepak bola yang dapat membanggakan masyarakat Balitong yang
pada saat itu sedang dijajah oleh Belanda dengan kemenangannya. Saat
itu ayahnya menduduki bagian sayap kiri dalam permain tim sepak bola
PSSI, sehingga dapat mencetak gol dalam memperoleh kemenangan di
pertandingan sepak bola melawan belanda.
Namun
karena kemenangan tersebut, membuat Belanda tak dapat menerima
kekalahannya. Sehingga ayahnya dipukuli para kompeni Belanda, hingga
tempurung lutu kiri ayahnya dibuat hancur oleh Belanda saat itu.
Sehingga Ayahnya tidak dapat bermain bola lagi saat itu. Namun dengan
sejarah hidup ayahnya, tokoh Ikal menjadi bangga terhadap ayahnya
yang pada saat itu membela kemenangan tim PSSI, dan ia pun menjadi
cinta dan bangga pada sepak bola terutama pada PSSI. Sehingga ia
ingin menjadi pemain sepak bola seperti Ayahnya dalm tim PSSI. Namun
kekecewaannya tak dapat menjadi anggota tim PSSI tidak menyurutkan
semangat dan kecintaannya terhadap sepak bola dan tim PSSI. Selain
itu ia pun tetap sangat menyayangi dan bangga terhadap prestasi yang
ditorehkan ayahnya pada masa penjajahan Belanda. Sehingga ia tetap
berusaha untuk membuat ayahnya tersenyum.
Berdasarkan
cerita yang mengisahkan penuh kehidupan nyata tokoh ikal dalam novel
Sebelas Patriot ini. Merupakan gambaran perjuangan seorang anak yang
ingin membanggakan orangtuanya, terutama ayahnya. Sehingga ia dapat
membuat ayahnya tetap tersenyum walaupun bukan dengan kemenangannya
dalam memperoleh masuk tim PSSI. Namun dengan demikian novel ini
memberikan gambaran seorang anak yang benar-benar mencintai dan
membanggakan sesuatu yang ia sukai dan memperjuangkan keinginan dan
cita-citanya. Yang dapat kita ikuti sebagai anak yang dapat berbakti
pada orang tuanya dan dalam pengabdian membela bangsa dan negaranya.
Kondisi
Sosial Budaya pada Novel Sebelas Patriot
Pada novel ini terdapat
hubungan sosial budaya pada tokoh yang bernama ikal yakni, sejarah
ayahnya di masa pemerintahan belanda dan kehidupannya saat dikampung
belitong dididik oleh pelatih tohari yang keras dan displin,
membuatnya menjadi seorang pekerja keras. kondisi sosial budaya
terbagi menjadi tiga, yakni kondisi (a).sosial pada zaman
pemerintahan belanda, (b). kondisi sosial ketika ikal tumbuh sejak
kecil hingga dewasa di Belitong,(c). kondisi sosial budaya ketika
ikal merantau ke eropa.
a)
Kondisi sosial budaya zaman pemerintahan belanda di Belitong
Pada
zaman pemerintahan Belanda di Belitong diceritakan bahwa para
penduduk Belitong dipaksa untuk kerja rodi. “dalam
putaran kerakusan nan dahsyat itu anak-anak lelaki melayu dibawah
umur diseret ke parit-parit tambang untuk kerja rodi”(
hal 6).
Para penduduk diperas tenaganya hanya untuk memberi keuntungan kepada
belanda. Harga diri rakyat belitong diinjak-injak oleh belanda.
Masalah sepele yang dibuat oleh orang Indonesia selalu
dibesar-besarkan. Keadaan sosial pada saat itu sangat memprihatinkan.
Seluruh kekeyaan alam terutama timah yang ada di belitong dikeruk
habis. “telah
kutemukan dalam buku sejarah, bahwa timah berlimpah di pulau kami
belitong membuat belanda bernafsu mengeruk sebanyak-banyaknya”
(hal.5).
Anak-anak
kecil dipaksa meninggalkan rumah untuk dijadikan pekerja bagi
belanda. Bahkan ayah ikal dan kedua saudaranya mengalami nasib pahit
tersebut di era pemerintahan belanda. “ketiga
anak itu bergabung dengan ratusan anak seusia mereka, bergelimang
lumpur, membanting tulang sepanjang waktu
(hal.6). Para penduduk juga
tak tinggal diam. Meraka mencoba melawan tindasan belanda terhadap
rakyat belitong. Tetapi akhirnya juga kalah. Perjalanan waktu yang
terus berlalu, tertindas terus menerus oleh belanda rakyat menemukan
taktik tersendiri untuk melawan belanda yaitu “para
penyelam tradisi onal melawan dengan membocorkan kapal-kapal dagang
belanda yang mendekati perairan belitong. Para pemburu meracuni
sumur-sumur yang akan dilalui tentara belanda. Para imam membangun
pasukan rahasia di langgar-langgar. Para kuli parit tambang melawan
dengan sepak bola (hal.7).
para kuli parit yang melawan belanda melalui sepak bola adalah ayah
ikal sendiri dan kedua saudaranya.
Pada
zaman pemerintahan belanda, ayah ikal dan kedua saudara kandungnya
menjadi bintang sepak bola saat kelihainnya dalam bermain bola
disanjung oleh masyarakat. Sampai-sampai Van Holden ingin
menyaksikannya sendiri,. (
Van Holden sengaja datang ke lapangan sepak bola untuk menyaksikan
anak-anak muda itu bermain (hal.17).
Van Holden terpana melihat kepiawaian tiga bersaudara itu menggiring
bola. sayap kiri ayah ikal, gelandang dan sayap kanan. Pada suatu
ketika ketiga saudara tersebut dilarang bermain bola saat
pertandingan melawan pemuda belanda. Tapi ketiga saudara itu tetap
bersikeras dalam mengikuti pertandingan dengan modal nekat. ketiga
saudara itu bermain dengan pemuda belanda dan memalukannya di mata
orang banyak. Saat seperti itulah sebuah kemerdekaan muncul walaupun
hanya di lapangan.
Akibat dari kenekatan
ketiga pemuda itu, sebagai gantinya tentara belanda membuat ketiga
pemain tersebut babak belur dan juga pelatihnya.
b)
Kondisi sosial dan budaya ketika ikal tumbuh dari kecil hingga dewasa
di Belitong
Sepak
bola telah mendarah daging pada diri ikal. Posisi sayap kiri telah
ikal miliki. Dulu ayahnya posisi sama seperti ikal tapi dulu waktu
menjadi Tim Parit.
“PSSI
untuk menggantikkan posisi ayah yang telah dirampas belanda. Aku
harus menjadi pemain PSSI! Apapun yang terjadi”(hal.
38). Ikal bersikeras ingin
menjadi pemain PSSI. Keinginannya yang kuat itu di dorong oleh
motivasi tentang kehidupan ayahnya dulu, dan ingin meneruskan
perjuangannya.
Kondisi
budaya sosial pada saat itu, seorang ikal mati-matian ingin menjadi
pemain sepak bola. dia menganggap bahwa sepak bola adalah agama
keduanya. “sepak
bola adalah agama kedua kami setelah Islam”
(hal.37). betapa
tingginya sepak bola di mata ikal. Pengaruh sosial budaya di masa
lampau membuat ikal segila ini dengan bola. dia rela berjualan roti
untuk mendapatkan sepasang sepatu bola.
“sejak itu
aku dan mahar menjujung kue lebih banyak dan berjualan keliling
kampung lebih rajin demi membeli sepatu bola”(hal.
41), yang membuat ikal
segila itu memengaruhi pandangannya bahwa sepak bola adalah agama
kedua, yakni seorang ayah yang menjadi pejuang bola saat penjajahan
Belanda.
Gemblengan
dari pelatih Toharun membantu membentuk jati seorang sepak bola.
terutama gemblengan yang diberikan pada ikal dan teman-temannya.
Ketika mahar cengengesan dia kena semprot. “apa
katamu!? Anak keenam!? Aku tak peduli kau anak berapa! Aku tak peduli
ibumu ikut KB atau tidak! Itu urusan rumah tanggamu! Ini lapangan
sepak bola! apa kau pikir ini Puskesmas!? Nomor urut!” (hal.40).
keadaan sosial dalam pelatihan sepak bola sangat keras. Ikal diberi
latihan push
up
dengan bertumpu tangan kiri. Pelatih
menyuruhku push up dengan bertumpu sebelah tangan kiri (hal.42).
tidak hany itu saja pelatih Toharun memerintahkanku untuk menggunakan
bagian kiri pada tubuhku agar kemampuan pada posisi sayap kiri
semakin matang.
Seleksi PSSI telah diikuti
ikal, ikal terpompa semangatnya agar bisa masuk kedalam tubuh PSSI.
Seleksi dari tahun ketahun telah dilaluinya, akan tetapi ikal gagal
dan harus mengakui kemampuan saingannya yang lebih baik. Kepribadian
ikal dalam bermain bola terbentuk dari didikan keras oleh pelatih
toharun. Berbagai pertandingan telah dilalui bersama pelatih Toharun.
c)
Kondisi sosial budaya ketika di benua eropa
Kondisi
sosial di benua eropa sangat berbeda dengan kondisi budaya di
Belitong. Ikal melakukan sebuah perjalanan jauh dari perancis
menjelajahi eropa, menjadi seorang backpacker.
Ikal ingin menuju ke Madrid. Dimana kota yang menghasilkan pemain
sepak bola yang digandrungi oleh ayahnya. Ikal dengan arai menuju ke
Spanyol tapi mereka berdua berbeda tujuan. Setelah
hampir sebulan berkelana, kami sampai di spanyol dan harus berpisah
arah untuk sementara. Arai meminati Alhambra dan aku harus
kemadrid.(hal.70).
Tujuan
ikal kemadrid yaitu untuk membelikan kaos bertanda tangan luis figo
yang akan dihadiahkan untuk ayahnya. Ikal mendapat kaos bertanda
tangan itu dengan susah payah, dia harus bekerja seperti kacung
menjadi pembantu untuk mencari uang 250 euro.
Akhirnya ikal bisa membeli kaos bertanda Tangan Lusi Figo, berkat
bantuan andriana. Menyembunyikan kaos yang di pajang untuk ikal.
Karena Adriana yakin ikal akan kembali. Dari awal seperti itu
persahabatan ikal dengan penjaga toko bernama Adriana tumbuh menjadi
seorang yang kenal akrab. Mereka saling mencintai tapi dalam sepak
bola. tidak selebih perasaan dari hati.
Ikal
diajak Adriana menonton secara live Real Madrid vs
Valencia Ikal merasa senang
karena dapat melihat langsung serpak terjang Luis Figo. Pemaian
favorit ayahnya. Sosial budaya di daerah eropa sangat memengaruhi
pola kehidupan ikal. Kehidupan ikal begitu keras menjadi backpacker,
yang lebih memengaruhi lagi dalam hubungan sosial budaya dalam pada
tokoh yang bernama ikal yakni, sejarah ayahnya di masa pemerintahan
belanda dan kehidupannya saat dikampung belitong dididik oleh pelatih
tohari yang keras dan displin, membuatnya menjadi seorang pekerja
keras.
Fakta Cerita
1.
Alur dan Latar
Berikut
ini adalah tahapan alur novel Sebelas Patriot secara keseluruhan:
- Tahap Pengenalan
Tahap
ini dilukiskan mengenai pengenalan dimana latar suasana tegang. Lalu
aku ditatapnya dengan tajam. “Nama!” “Ikal, Pelatih Toharun!”
“Mau main menjadi apa, Boi?” “Sayap kiri, Pelatih Toharun.”
“Bisa menendang dengan kaki kiri?” “Insya Allah, Pelatih
Toharun.” (hlm.40)
- Tahap Pengembangan
Tahap
ini mulai digambarkan mengenai perkembangan cerita dan digambarkan
dengan latar suasana bahagia. Dalam
pada itu, Ayah senang tak kepalang mengetahui aku telah berhasil
menjadi pemain sepak bola junior Provinsi Sumatra Selatan. Aku merasa
bangga, bukan hanya karena lolos seleksi, tapi cara Ayah memandangku
mengisyaratkan bahwa aku telah melanjutkan sesuatu yang tak dapat
dilanjutkannya dulu. Perasaan itu berarti lebih dari segala-galanya
bagiku. (hlm. 55-56)
- Tahap Konflik
Dalam
tahapan ini mulai ada konflik dalam cerita , latar tempat berada di
dalam sebuah ruangan dan suasananya pun tegang. Hari
pengumuman yang ditunggu-tunggu itu tiba. Ratusan anak dikumpulkan di
dalam sebuah ruangan. Nama yang terpilih dipanggil satu per satu.
Setiap ada nama yang mirip dengan namaku dipanggil, tubuhku gemetar.
Namun sampai jumlah pemain yang diperlukan terpenuhi, aku tak
mendengar namaku. (hlm.58)
- Tahap Klimaks
Dimana
latar suasana digambarkan sedih.
Pada
kesempatan usia terakhir untuk pemain junior, aku mengikuti seleksi
lagi dan gagal lagi. Pemain-pemain muda lain semakin hebat dan
semakin banyak. Tak tampak sedikit pun celah untuk menyalip mereka.
Saat itu kusadari bahwa jika aku memang ingin berkarier sepak bola
melalui jalur pemain junior PSSI, maka karierku sudah balik kanan
bubar jalan, it’s over, finito, wassalam. (hlm.61)
- Tahap Resolusi
Namun, Kawan, menilik
keadaanku sekarang, dimana anggota tubuhku telah berkembang semaunya
sendiri menyalahi prinsip-prinsip six packs, aku takkan
menyalahkanmu, jika ¾ kau katakan dengan brutal atau sekedar kau
sembunyikan dalam hatimu saja ¾ bahwa aku membual soal hampir
menjadi pemain PSSI itu.Biarlah, biarlah, sebab selebihnya, aku dan
ayahku semakin setia pada PSSI. Silakan kau atau siapa saja, berkata
apa. Silakan orang ngomel-ngomel melihat PSSI kalah, cinta kami tetap
pada PSSI. (hlm.63-64)
2.
Penokohan
Dalam
novel Sebelas Patriot sendiri memiliki banyak tokoh. Berikut
penokohan para tokoh dalam novel ini.
- Ikal (aku)
Tokoh Ikal merupakan tokoh
utama dalam novel ini ia digambarkan sebagai tokoh yang : mudah
penasaran Aku
curiga, mungkinkah foto inilah yang membuat Ibu melarangku
bermain-main dengan album ini? Sebab, ketika memergokiku kemarin,
foto itu yang sedang kupandang-pandang. (hlm.8) , Suka
bertanya-tanya (memiliki rasa ingin tahu yang tinggi) Aku
ingin sekali tahu kisah dibalik foto itu. (hlm.26) , Ambisius
Jika
berpergian bersamanya, mulutku berkicau-kicau dan bertanya-tanya
ini-itu, Ayah hanya diam atau tersenyum. (hlm.9) , Bersungguh-sungguh
Demi
mengetahui kisah dari pemburu tua tentang ayah, aku makin gemar sepak
bola dan tak ada hal lain dalam kepalaku selain ingin menjadi pemain
PSSI! Untuk menggantikan posisi Ayah yang telah dirampas Belanda. Aku
harus menjadi pemain PSSI! Apapun yang terjadi. (hlm.38), Gigih
dalam menggapai impian Aku
bahkan berlatih sendiri diluar jadwal Pelatih Toharun. Usai shalat
Subuh, aku berlari keliling kampung. (hlm.42), Tidak
mudah putus asa Lama
kutatap, tiba-tiba aku merasa menjadi anak tak berguna jika tahu ada
kaos bertanda tangan asli Figo disitu dan aku berlalu tanpa berusaha
mendapatkannya demi paman-pamanku¾sang libero dan pemain sayap
kanan¾demi Pelatih Amin, demi keseluruhan cinta kami pada sepak
bola, dan terutama demi ayahku. (hlm.74) , Cinta
tanah air Ketika Real
Madrid berhasil mencetak gol, puluhan ribu penonton berteriak, “Real!
Real!” Aku berteriak, “Indonesia! Indonesia!” Adriana
berkali-kali menatapku, mungkin takjub melihat bagaimana seseorang
yang berasal dari sebuah pulau terpencil di negeri antah berantah
bisa berada di tengah ingarbingar Santiago Bernabéu. (hlm.99)
- Ayah
Ayah digambarkan sebagai
tokoh yang Sederhana , Penuh kasih sayang , Tak banyak tingkah
Maka Ayah, seperti semua orang Melayu itu, hanyalah unsur sederhana
dalam kronologi zaman, dan Ayah adalah inti dari kesederhanaan itu
karena sikapnya yang sangat pendiam, tak pernah menuntut apa pun dari
siapa pun, merasa tak perlu membuktikan apa pun pada siapa pun,
selain kasih sayang untuk keluarga, tak banyak tingkah. (hlm.3-4) ,
Pendiam
Seiring
usia aku semakin dekat dengan Ayah, dan Ayah tetaplah Ayah yang
pendiam. (hlm.9) ,
pemberani
Dia menolak
bergabung dengan tim penjajah kaumnya. Dengan membangkang, dia merasa
telah membela abang-abangnya, membela bangsanya. Itu sesungguhnya
tindakan berani mati yang tak terbayangkan akibatnya. (hlm.23)
- Pelatih Toharun
Pelatih Toharun digambarkan
sebagai tokoh yang Berwibawa Jika
berada di lapanangan sepak bola, wibawa yang terpancar darinya sangat
berbeda dari keadaannya sehari-hari sebagai tukang gulung dinamo.
(hlm.39) , Sedikit
kejam Pelatih
Toharun mendadar tim junior tanpa ampun sampai kami muntah-muntah.
(hlm.41) Pada para defender, Pelatih Toharun sedikit kejam, yaitu
mereka disuruh membayangkan diri mereka sebagai buah nangka. (hal.45)
, Cerewet
Sebelum
pertandingan, kami selalu dimarahinya habis-habisan. Mulutnya cerewet
mengingatkan posisi dan tugas kami masing-masing dilapangan.
Diancamnya kami dengan pedas agar kami jangan sekali-kali kalah.
(hlm.46-47)
- Adriana
Adriana digambarkan sebagai
tokoh yang Ramah “Holá,
buenas tardes...,” sapanya. (hlm.72)
Baik “Tak
tahu mengapa, tapi aku tahu kau pasti datang kembali. Kaos ini
kusimpan untukmu.” (hlm.85)
Pengertian
“Mengapa
kau yakin aku akan kembali untuk kaos Figo itu?” tanyaku. Adrian
seperti mau menertawakan dirinya sendiri.“Karena aku tahu rasanya
menjadi penggila bola. Aku tahu kau pasti kembali.” (hlm.88-89)
- Margarhita Vargas
Margarhita Vargas
digambarkan sebagai tokoh yang Tegas,Kaku Margarhita
Vargas berbadan tegap dan tampak sangat fit. Umurnya mungkin 45 tahun
dan segala hal tentang dirinya adalah kaku. Rok panjangnya berbahan
tebal yang kaku. Kemejanya yang jelas kemeja laki-laki itu kaku.
Kerah kemeja itu kaku. Bingkai kacamatanya kaku. Rambutnya yang
disemir hitam itu kaku. (hal.80) , Baik
“Segeralah
ke Madrid,” katanya. Sebelumnya telah kuceritakan padanya soal kaos
Figo itu. Disalaminya aku dengan erat. Sebersit tampak kesedihan.
Mungkin dia mulai suka aku bekerja sebagai pembantunya. “Kalau
kurang beruntung disana, kembali lagi ke sini.” “Terima kasih,
Nyonya Vargas.” (hlm.83)
Sarana
Cerita
Sudut
Pandang
Dalam novel Sebelas Patriot
ini penulis menggunakan sudut pandang orang pertama.
Tema
dan Amanat
- Tema
Tema dalam Novel Sebelas
Patriot ini adalah berkisar seputar sepak bola. Dimana seorang anak
mencintai dunia sepak bola, karena terinspirasi oleh ayahnya yang
dulu menjadi pemain sayap kiri yang berbakat alam luar biasa saat
penjajahan Belanda.
- Amanat
- Cinta sepak bola, adalah cinta buta yang paling menyenangkan.
- Begitu besar cinta, begitu singkat waktu, begitu besar kecewa, lalu tak ada hal selain menunggu pertandingan berikutnya, lalu bergembira lagi. Sepak bola adalah satu-satunya cinta yang tak bersyarat di dunia ini.
- Jika ada hal lain yang sangat menakjubkan di dunia ini selain cinta, adalah sepak bola.
- Prestasi tertinggi seseorang, medali emasnya, adalah jiwa besarnya.
- Menjadi penggila bola berarti menjadi bagian dari keajaiban peradaban manusia.
Banyak
kelebihan-kelebihan yang didapatkan dalam novel ini. Mulai dari
nasionalisme yang tinggi terhadap tanah air kita, Indonesia. Yang
tecermin dalam bahasa-bahasa yang digunakan, alur yang digambarkan
secara detail. Disisi lain novel ini mengajarkan bagaimana kita dapat
membahagiakan orang yang kita cintai. Walaupun bukan kebahagiaan yang
nyata berupa materi, namun dengan kita membuat bangga dan membuat
orang kita sayangi dapat tersenyum bahagia, cukup baginya mendapatkan
sebuah kebahagiaan yang abadi dalam hatinya. Seperti kebangaykan
kisah nyata di sekitar kita, bagiman seseorag dapat membahgaiakan
orang ia kasihi, orangtuanya. Waluapun hanya dengan sebuah prestasi
yang mereka torehkan dalam bidang akdemik sekalipun dapt membuat
orang tua bangga dan bahagia ketika dapat melihat ankanya bahagia
terhadap apa yang ia miliki. Selain kelebihan-kelebihan yang terdapat
dalam novel Sebelas Patriot ini terdpat kekurangan, yaitu kesulitan
pembaca dalam pemahman kata-kata yang sulit dimengerti oleh pembaca.
Dibalik
kekurangan yang terdapat di dalam novel Sebelas Patriot ini dapat
memberikan suatu pembelajaran yang dapat diambil oleh pembaca, yaitu
keteguhan hati, kesungguhan dalam membela tanah air, ketulusan dalam
memberikan yang terbaik untuk orang yang kita sayangi, dan terus
berjuang dalam mengejar sebuah mimpi. Karena sebuah mimpi bukanlah
hal yang tak dapat diwujudkan, dan kebanggaan dan cinta bukanlah
sesuatu yang dapat diperoleh dengan material, melaikan hanya dapat
diperoleh dengan kesungguhan dan perjuangan.
PENUTUP
Kesimpulan
- sastra tidak lahir dalam situasi kekosongan budaya dan juga karya sastra merupakan karya fiksi yang bersifat imajinatif, pengarang berusaha memanfaatkan kondisi sosial di sekitarnya sebagai objek karya sastra. Kehadiran sastra ada misi-misi tertentu dari seorang pengarang sebagai anggota masyarakat yang peka akan sentuhan-sentuhan situasional.
- pada novel sebelas patriot terdapat Sosiol budaya ketiga unsur, yaitu Kondisi sosial budaya zaman pemerintahan belanda di Belitong, Kondisi sosial dan budaya ketika ikal tumbuh dari kecil hingga dewasa, sosial budaya ketika di eropa
- hubungan sosial budaya dalam pada tokoh yang bernama ikal yakni, sejarah ayahnya di masa pemerintahan belanda dan kehidupannya saat dikampung belitong dididik oleh pelatih tohari yang keras dan displin, membuatnya menjadi seorang pekerja keras.
Daftar Pustaka
Hirata, Andrea. 2011.
Sebelas
Patriot. Yogyakarta:
Bentang Pustaka.
Najid , Moh. 2009. Mengenal
Apresiasi Prosa Fiksi. Surabaya
: University Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar