Translate

Rabu, 03 Desember 2014

Metode Sistematis dalam Filsafat Bahasa Kajian Fonem



Metode Sistematis: Fonem
            Setiap bahasa dibangun oleh fonem, fonem membangun sintaksis, ketiganya mempunyai pola. Kalau fonem tidak punya arti, tetapi digunakan untuk membedakan semantik dan sangat penting untuk mengetahui polanya, misalnya kalau perbedaan fonem [t] dan [d] pada kata tari dan dari tidak dapat dibedakan, maka kedua fonem itu adalah fonem yang sama, namun kita mengenal bahwa kedua kata tersebut berbeda makna karena kehadiran kedua fonem tersebut. Dalam hal ini terbuktikan kalau kehadiran kedua fonem itu berfungsi sebagai pembeda arti. Fonem tidak berarti kalau berdiri sendiri. Bahwa eksistensi saja belum tentu berarti, sebab fonem adalah sesuatu yang ada tapi tidak berarti.
            Fonem tidak bermakna kalau berdiri sendiri, karena harus mempunyi pola yang tampak. Jadi permasalahan dalam bahasa memang antara bentuk, bunyi adalah bentuk sekalipun abstrak tapi berpola dan makna. Pola fonem yang ada berbeda untuk setiap bahasa. Perbedaan fonem setiap bahasa yang paling terlihat adalah kuantitasnya. Setiap bahasa mempunyai jumlah fonem yang berbeda, maksudnya sebuah fonem mungkin hadir dalam satu bahasa namun absen dalam bahasa lain.
            Jenis-jenis fonem dalam bahasa Indonesia, secara resmi ada 32 buah fonem, yang terdiri atas: (a) fonem vokal 6 buah (a, i. u, e, ∂, dan o), (b) fonem diftong 3 buah, dan (c) fonem konsonan 23 buah (p, t, c, k, b, d, j, g, m, n, n, η, s, h, r, l,w, dan z). [2]  Apakah fonem dapat disebut juga sebagai grafem(huruf) ?
            Grafem adalah sistem pelambangan bunyi alih-alih disebut sistem ejaan, pada dasarnya grafem adalah huruf. [2] Sedangkan selama ini kita mengetahui bahwa jumlah huruf dalam bahasa Indonesia ada 26 buah (a, b, c, d, e,f, g, h, i, j, k, l, m, n, o, p, q, r, s, t, u, v, w, x, y, z).
            Fonem berbeda dengan grafem karena grafem berbicara tentang huruf, sedangkan fonem berbicara tentang bunyi. Seringkali representasi tertulis kedua konsep ini sama. Misalnya kata "ladang" mempunyai enam grafem, yakni <l>, <a>, <d>, <a>, <n>, dan <g>. Dari segi bunyinya perkaatan yang sama itu hanya mempunyai lima fonem, yakni /l/, /a/, /d/, /a/, dan /ŋ/ karena grafem <n> dan <g> hanya mewakili satu fonem /ŋ/ saja.
            Fonem adalah bunyi bahasa yang dapat atau berfungsi membedakan makna. [1] Dalam ilmu bahasa (linguistik) kajian atau analisa bunyi bahasa dengan memperhatikan statusnya sebagai pembeda makna adalah fonemik. [1] Bunyi bahasa yang diucapkan oleh manusia akan memiliki pembeda makna pada setiap bunyi bahasanya. [1] Objek kajian dari fonemik adalah fonem, berbeda dengan objek kajian fonetik yang mengkaji fon. [1]
            Dalam kajian fonemik, istilah fonem juga dibicarakan. Bahwa fonem merupakan bunyi bahasa  terkecil yang dapat atau berfungsi membedakan arti. Telaah tentang fonem inilah yang dikatakan fonemik. Karena bunyi bahasa yang dihasilkan oleh alat bicara kita itu banyak ragamnya, bunyi-bunyi itu dikelompok-kelompokkan ke dalam unit-unit yang disebut fonem. Fonem inilah yang dijadikan  objek penelitian fonemik. Jadi, tidak seluruh bunyi bahasa yang bisa dihasilkan oleh alat bicara dipelajari oleh fonemik. Bunyi-bunyi bahasa yang fungsional yang menjadi kajian fonemik.

Rujukan
1.       ^  Abdul Chaer (2003). Linguistik Umum. Bandung: Rineka Cipta.
2.       ^ Mansur Muslich (2008). Fonologi Bahasa Indonesia: Tinjauan Deskriptif Sistem             Bunyi Bahasa             Indonesia. Jakarta: Bumi Askara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar