Disma Yulynda PB 2012/122074242
Strategi
Pemerolehan Bahasa Kedua
Terdapat lima strategi
dalam pemerolehan bahasa kedua, yakni: Strategi pertama, Penggunaan pemahaman
nonlinguistik untuk memperhitungkan serta menetapkan hubungan-hubungan
makna-ekspresi bahasa merupakan suatu strategi yang amat persuasif atau dapat merembes
pada diri anak-anak.
Strategi kedua, ada dua
ciri yang kerap kali penting dan menonjol bagi anak-anak kecil dan berharga
bagi sejumlah kata-kata pertama mereka yaitu objek-objek yang dapat membuat anak-anak
aktif dan giat dan objek-objek yang bergerak dan berubah. Sifat-sifat atas
ciri-ciri perseptual dapat bertindak sebagai butir-butir atau titik-titik vokal
bagi anak-anak. Anak-anak memperhatikan objek-objek yang mewujudkan hal-hal
yang menarik hati ini; dan mereka memperhatikan cara menamai objek-objek itu
dalam masyarakat bahasa. Perhatian anak-anak juga bisa pada unsur bahasa yang
memainkan peranan penting sintaksis dan semantik dalam kalimat. Pusat perhatian
tertentu bagi seorang anak mungkin saja berbeda pada periode yang berbeda pada
setiap anak.
Strategi ketiga, bahwa
bahasa dipakai secara referensial atau ekspresif dan dengan demikian
menggunakan data bahasa dan fungsinya. Ada tujuh fungsi bahasa yaitu fungsi
instrumental, fungsi regulasi, fungsi representasi, fungsi interaksi, fungsi
personal, fungsi heuristik, dan fungsi imajinatif.
Strategi keempat, Strategi ini baik diterapkan pada anak
yang berbicara sedikit dan seakan-akan mengamati lebih banyak, bertindak
selektif, menyimak, mengamati untuk melihat bagaimana makna dan ekspresi verbal
saling berhubungan. Strategi ini mengingatkan kepada gaya atau preferensi
belajar yang berbeda pada anak-anak yang berlainan usia dalam situasi belajar
yang lain pula.
Strategi kelima,
dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk memancing atau memperoleh data
yang Anda inginkan, anak berusia sekitar dua tahun akan sibuk membangun dan
memperkaya kosakata mereka. Banyak di antara mereka mempergunakan siasat
bertanya atau strategi pertanyaan. Siasat ini seolah-olah merupakan sesuatu
yang efektif, karena setiap kali dia bertanya: apa nih? apa tu? maka teman
bicaranya mungkin menyediakan label atau, nama yang tepat. Suatu pola yang
menarik terjadi pada penggunaan pertanyaan mengapa pada usia sekitar 3 tahun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar