`Disma Yulynda
PB 2012 / 122074242
FONEM
Metode historis dapat digunakan untuk mengkaji fonem. Buku yang digunakan sebagai buku acuan adalah buku karya Soejono Dardjowidjojo dkk yang berjudul Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Buku ini diterbitkan oleh Balai Pustaka dan terbit sebanyak tiga edisi. Dari ketiga edisi tersebut, buku yang digunakan sebagai acuan adalah buku cetakan kedua dari edisi pertama yang terbit bulan Desember tahun 1988 dan edisi ketiga cetakan pertama yeng terbit tahun 2000. Selain menggunakan buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, buku Linguistik Umum karya Abdul Chaer yang terbit tahun 2003 dan karya Masnur Muslich tentang Fonologi Bahasa Indonesia yang terbit tahun 2008.
Metode historis dapat digunakan untuk mengkaji fonem. Buku yang digunakan sebagai buku acuan adalah buku karya Soejono Dardjowidjojo dkk yang berjudul Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Buku ini diterbitkan oleh Balai Pustaka dan terbit sebanyak tiga edisi. Dari ketiga edisi tersebut, buku yang digunakan sebagai acuan adalah buku cetakan kedua dari edisi pertama yang terbit bulan Desember tahun 1988 dan edisi ketiga cetakan pertama yeng terbit tahun 2000. Selain menggunakan buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, buku Linguistik Umum karya Abdul Chaer yang terbit tahun 2003 dan karya Masnur Muslich tentang Fonologi Bahasa Indonesia yang terbit tahun 2008.
Pengertian
fonem menurut Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia mengalami perubahan pada edisi
pertama dan edisi ketiga. Pada edisi pertama, fonem didefinisikan sebagai bunyi
bahasa yang berbeda atau mirip. Sedangkan pada edisi ketiga yang merupakan
edisi revisi, definisi fonem mengalami perubahan. Pengertian fonem berubah
menjadi bunyi bahasa minimal yang membedakan bentuk dan makna kata. Menurut
Abdul Chaer dalam buku Linguistik Umum, fonem adalah kesatuan bunyi terkecil
suatu bahasa yang membedakan makna. Sedangkan Masnur Muslich dalam buku
Fonologi Bahasa Indonesia, fonem adalah kesatuan bunyi terkecil suatu bahasa
yang berfungsi membedakan makna.
Edisi
pertama dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia menyebutkan bahwa fonem adalah
bunyi bahasa yang berbeda atau mirip. Bunyi bahasa yang harus dibedakan dari
tulisan. Bunyi bahasa yang dihasilkan manusia bermacam-macam. Ada yang
membedakan arti, ada yang tidak. Bunyi [p] pada kata pagi diucapkan tidak sama dengan [p] pada kata siap karena [p] pada siap diucapkan
dengan kedua bibir tertutup, sedangkan pada kata pagi bunyi [p] ini harus dilepas untuk bergabung dengan bunyi [a].
Perbedaan pelafalan itu tidak menimbulkan arti.
Sedangkan pada edisi revisi menyebutkan pengertian
fonem yang lebih kompleks. Fonem adalah bunyi bahasa minimal yang berfungsi
membedakan bentuk dan makna. Bentuk tiap bunyi bahasa memang mempunyai
perbedaan bentuk penulisan dan pelafalannya. Selain itu, fungsi pembeda makna
dimiliki oleh fonem. Fonem mempunyai fungsi pembeda makna, misalnya pada Pola -
/pola/ : bola /bola/ Dari kedua kata tersebut, ada dua fonem yang mempunyai
fungsi sebagai pembeda makna, yaitu /p/ dan /b/. Prosedur atau cara yang
digunakan untuk menemukan fonem-fonem yang ada dalam suatu bahasa disebut
fonemisasi. Ada tiga cara untuk mencari fonem, yaitu cara pasangan minimal, distribusi
komplementer dan variasi bebas. Cara mencari fonem yang umum digunakan adalah
menggunakan metode pasangan minimal. Pasangan minimal adalah seperangkat kata
yang memiliki jumlah fonem yang sama, juga jenis fonem yang sama, kecuali satu
fonem yang berbeda pada urutan yang sama, sedangkan arti kata-kata tersebut
berbeda.
Abdul
Chaer dalam bukunya yang berjudul Linguistik Umum mengemukakan pendapat bahwa
Fonem itu adalah bunyi bahasa yang dapat atau berfungsi sebagai pembeda makna
dua satuan bahasa. Untuk memperjelas maksud dari pengertian fonem yang
dikemukakan Abdul chaer, saya memberikan contoh dalam bahasa Indonesia seperti
kata ‘baru’ dan ‘bahu’ yang masing-masing terdiri dari empat buah bunyi, dan
perbedaannya hanya pada bunyi ke tiga, yakni [r] dan [h]. Maka dapat
disimpulkan bahwa bunyi [r] dan [h] adalah dua fonem yang berbeda di dalam
bahasa Indonesia, yaitu fonem [r] dan fonem [h].
Fonologi
Bahasa Indonesia menurut Masnur Muslich menyebutkan pengertian fonem merupakan
kesatuan bunyi terkecil suatu bahasa yang berfungsi membedakan makna.
Satu-satunya cara yang bisa ditempuh untuk membedakan kesatuan bunyi terkecil
mana yang berfungsi membedakan makna adalah dengan melakukan pembuktian secara
empiria, yaitu dengan membandingkan bentuk-bentuk linguistik bahasa yang
diteliti. Jika kita membandingkan kata pagi dengan bagi, kita tahu bahwa bunyi
[p] dan [b] membedakan kedua kata tersebut. demikian pula dengan pasangan
seperti tua-dua, kita-gita, pola-pula dan pita-peta. Satuan terkecil dari ciri-ciri
bunyi bahasa yang membedakan arti dinamakan fonem. Bunyi [p] dan [b] dalam
contoh di atas adalah dua fonem. Perkataan pagi, kita dan pola masing-masing
terdiri atas empat fonem. Berdasarkan konvensi fonem ditulis di antara tanda
garis miring: /pagi/ , /kita/ , /pola/.
Jadi,
kesimpulannya adalah fonem merupakan kesatuan bunyi bahasa terkecil yang
mempunyai fungsi membedakan makna. Dari tahun 1988 dalam buku
Soejono Dardjowidjojo dkk yang berjudul Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia
cetakan kedua dari edisi pertama yang terbit bulan Desember, fonem
didefinisikan sebagai bunyi bahasa yang berbeda atau mirip. Sedangkan Tata
Bahasa Baku Bahasa Indonesia edisi ketiga cetakan pertama yeng terbit tahun
2000, definisi fonem mengalami perubahan menjadi bunyi bahasa minimal yang
membedakan bentuk dan makna kata. Pada tahun 2003 dalam buku Linguistik Umum karya
Abdul Chaer, fonem adalah kesatuan bunyi terkecil suatu bahasa yang membedakan
makna. Tahun 2008 dalam buku Fonologi Bahasa Indonesia, fonem adalah kesatuan
bunyi terkecil suatu bahasa yang berfungsi membedakan makna.
Sumber Buku:
Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka
Cipta
Dardjowidjojo, Soenjono, dkk. 1988. Tata bahasa baku bahasa indonesia(edisi pertama). Jakarta: Balai pustaka
Dardjowidjojo, Soenjono, dkk. 2000. Tata bahasa baku bahasa indonesia(edisi ketiga). Jakarta: Balai pustaka
Muslich, Mansur. 2008. Fonologi Bahasa Indonesia:
Tinjauan Deskriptif Sistem Bunyi
Bahasa Indonesia. Jakarta: Bumi
Askara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar