Translate

Rabu, 12 November 2014

Metode Historis dalam Filsafat Bahasa : Kajian Fonem



`Disma Yulynda
PB 2012 / 122074242
                                                            FONEM

            Metode historis dapat digunakan untuk mengkaji fonem. Buku yang digunakan sebagai buku acuan adalah buku karya Soejono Dardjowidjojo dkk yang berjudul Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Buku ini diterbitkan oleh Balai Pustaka dan terbit sebanyak tiga edisi. Dari ketiga edisi tersebut, buku yang digunakan sebagai acuan adalah buku cetakan kedua dari edisi pertama yang terbit bulan Desember tahun 1988 dan edisi ketiga cetakan pertama yeng terbit tahun 2000. Selain menggunakan buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, buku Linguistik Umum karya Abdul Chaer yang terbit tahun 2003 dan karya Masnur Muslich tentang Fonologi Bahasa Indonesia yang terbit tahun 2008.
            Pengertian fonem menurut Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia mengalami perubahan pada edisi pertama dan edisi ketiga. Pada edisi pertama, fonem didefinisikan sebagai bunyi bahasa yang berbeda atau mirip. Sedangkan pada edisi ketiga yang merupakan edisi revisi, definisi fonem mengalami perubahan. Pengertian fonem berubah menjadi bunyi bahasa minimal yang membedakan bentuk dan makna kata. Menurut Abdul Chaer dalam buku Linguistik Umum, fonem adalah kesatuan bunyi terkecil suatu bahasa yang membedakan makna. Sedangkan Masnur Muslich dalam buku Fonologi Bahasa Indonesia, fonem adalah kesatuan bunyi terkecil suatu bahasa yang berfungsi membedakan makna.
            Edisi pertama dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia menyebutkan bahwa fonem adalah bunyi bahasa yang berbeda atau mirip. Bunyi bahasa yang harus dibedakan dari tulisan. Bunyi bahasa yang dihasilkan manusia bermacam-macam. Ada yang membedakan arti, ada yang tidak. Bunyi [p] pada kata pagi diucapkan tidak sama dengan [p] pada kata siap karena [p] pada siap diucapkan dengan kedua bibir tertutup, sedangkan pada kata pagi bunyi [p] ini harus dilepas untuk bergabung dengan bunyi [a]. Perbedaan pelafalan itu tidak menimbulkan arti.
            Sedangkan pada edisi revisi menyebutkan pengertian fonem yang lebih kompleks. Fonem adalah bunyi bahasa minimal yang berfungsi membedakan bentuk dan makna. Bentuk tiap bunyi bahasa memang mempunyai perbedaan bentuk penulisan dan pelafalannya. Selain itu, fungsi pembeda makna dimiliki oleh fonem. Fonem mempunyai fungsi pembeda makna, misalnya pada Pola - /pola/ : bola /bola/ Dari kedua kata tersebut, ada dua fonem yang mempunyai fungsi sebagai pembeda makna, yaitu /p/ dan /b/. Prosedur atau cara yang digunakan untuk menemukan fonem-fonem yang ada dalam suatu bahasa disebut fonemisasi. Ada tiga cara untuk mencari fonem, yaitu cara pasangan minimal, distribusi komplementer dan variasi bebas. Cara mencari fonem yang umum digunakan adalah menggunakan metode pasangan minimal. Pasangan minimal adalah seperangkat kata yang memiliki jumlah fonem yang sama, juga jenis fonem yang sama, kecuali satu fonem yang berbeda pada urutan yang sama, sedangkan arti kata-kata tersebut berbeda.     
            Abdul Chaer dalam bukunya yang berjudul Linguistik Umum mengemukakan pendapat bahwa Fonem itu adalah bunyi bahasa yang dapat atau berfungsi sebagai pembeda makna dua satuan bahasa. Untuk memperjelas maksud dari pengertian fonem yang dikemukakan Abdul chaer, saya memberikan contoh dalam bahasa Indonesia seperti kata ‘baru’ dan ‘bahu’ yang masing-masing terdiri dari empat buah bunyi, dan perbedaannya hanya pada bunyi ke tiga, yakni [r] dan [h]. Maka dapat disimpulkan bahwa bunyi [r] dan [h] adalah dua fonem yang berbeda di dalam bahasa Indonesia, yaitu fonem [r] dan fonem [h].
            Fonologi Bahasa Indonesia menurut Masnur Muslich menyebutkan pengertian fonem merupakan kesatuan bunyi terkecil suatu bahasa yang berfungsi membedakan makna. Satu-satunya cara yang bisa ditempuh untuk membedakan kesatuan bunyi terkecil mana yang berfungsi membedakan makna adalah dengan melakukan pembuktian secara empiria, yaitu dengan membandingkan bentuk-bentuk linguistik bahasa yang diteliti. Jika kita membandingkan kata pagi dengan bagi, kita tahu bahwa bunyi [p] dan [b] membedakan kedua kata tersebut. demikian pula dengan pasangan seperti tua-dua, kita-gita, pola-pula dan pita-peta. Satuan terkecil dari ciri-ciri bunyi bahasa yang membedakan arti dinamakan fonem. Bunyi [p] dan [b] dalam contoh di atas adalah dua fonem. Perkataan pagi, kita dan pola masing-masing terdiri atas empat fonem. Berdasarkan konvensi fonem ditulis di antara tanda garis miring: /pagi/ , /kita/ , /pola/.
            Jadi, kesimpulannya adalah fonem merupakan kesatuan bunyi bahasa terkecil yang mempunyai fungsi membedakan makna. Dari tahun 1988 dalam buku Soejono Dardjowidjojo dkk yang berjudul Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia cetakan kedua dari edisi pertama yang terbit bulan Desember, fonem didefinisikan sebagai bunyi bahasa yang berbeda atau mirip. Sedangkan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia edisi ketiga cetakan pertama yeng terbit tahun 2000, definisi fonem mengalami perubahan menjadi bunyi bahasa minimal yang membedakan bentuk dan makna kata. Pada tahun 2003 dalam buku Linguistik Umum karya Abdul Chaer, fonem adalah kesatuan bunyi terkecil suatu bahasa yang membedakan makna. Tahun 2008 dalam buku Fonologi Bahasa Indonesia, fonem adalah kesatuan bunyi terkecil suatu bahasa yang berfungsi membedakan makna.
             


Sumber Buku:
Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta
Dardjowidjojo, Soenjono, dkk. 1988. Tata bahasa baku bahasa indonesia(edisi       pertama). Jakarta: Balai pustaka
Dardjowidjojo, Soenjono, dkk. 2000. Tata bahasa baku bahasa indonesia(edisi       ketiga). Jakarta: Balai pustaka
Muslich, Mansur. 2008. Fonologi Bahasa Indonesia: Tinjauan Deskriptif Sistem     Bunyi Bahasa Indonesia. Jakarta: Bumi Askara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar