Translate

Rabu, 03 Desember 2014

Metode Intuitif dalam Filsafat Bahasa Kajian Fonem



Disma Yulynda
PB 2012/122074242

Metode intuitif : Fonem
            Fonem merupakan satuan bahasa terkecil yang bersifat abstrak dan mampu menunjukkan kontras makna atau abstraksi dari satu atau sejumlah fon. Karena bersifat abstrak, fonem bukanlah satuan bahasa yang tidak nyata. Mengapa bunyi yang berfungsi membedakan makna ini disebut fonem? karena, bunyi yang tidak berfungsi sebagai pembeda makna dinamai “fon”.
            Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi pertama menyebutkan bahwa fonem adalah bunyi bahasa yang berbeda atau mirip. Bunyi bahasa yang harus dibedakan dari tulisan. Bunyi bahasa yang dihasilkan manusia bermacam-macam. Ada yang membedakan arti, ada yang tidak. Bunyi [p] pada kata pagi diucapkan tidak sama dengan [p] pada kata siap karena [p] pada siap diucapkan dengan kedua bibir tertutup, sedangkan pada kata pagi bunyi [p] ini harus dilepas untuk bergabung dengan bunyi [a]. Perbedaan pelafalan itu tidak menimbulkan arti.
            Namun, fonem bukan hanya sekedar bunyi bahasa yang berbeda atau mirip. Melainkan fonem merupakan kesatuan bunyi terkecil suatu bahasa yang berfungsi membedakan makna. Untuk mengetahui sebuah bunyi adalah fonem atau bukan, kita harus mencari pasangan minimal, yaitu dua kata mirip yang memiliki satu bunyi yang berbeda dan menghasilkan makna yang berbeda pula.
            Hasil pembandingan kedua definisi fonem terlihat perbedaannya. Jika konsep Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia edisi pertama digunakan. Maka, ditemukan kelemahan dimana fonem bukan hanya sekadar bunyi bahasa yang berbeda atau mirip tetapi mempunyai fungsi membedakan makna. Dalam konsep Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia ini untuk mengetahui bunyi bahasa tersebut fonem atau bukan hanya dibedakan melalui tulisan saja. Seharusnya untuk mengetahui sebuah bunyi adalah fonem atau bukan, harus mencari pasangan minimal bukan hanya melalui tulisan saja.


Metode Sistematis dalam Filsafat Bahasa Kajian Fonem



Metode Sistematis: Fonem
            Setiap bahasa dibangun oleh fonem, fonem membangun sintaksis, ketiganya mempunyai pola. Kalau fonem tidak punya arti, tetapi digunakan untuk membedakan semantik dan sangat penting untuk mengetahui polanya, misalnya kalau perbedaan fonem [t] dan [d] pada kata tari dan dari tidak dapat dibedakan, maka kedua fonem itu adalah fonem yang sama, namun kita mengenal bahwa kedua kata tersebut berbeda makna karena kehadiran kedua fonem tersebut. Dalam hal ini terbuktikan kalau kehadiran kedua fonem itu berfungsi sebagai pembeda arti. Fonem tidak berarti kalau berdiri sendiri. Bahwa eksistensi saja belum tentu berarti, sebab fonem adalah sesuatu yang ada tapi tidak berarti.
            Fonem tidak bermakna kalau berdiri sendiri, karena harus mempunyi pola yang tampak. Jadi permasalahan dalam bahasa memang antara bentuk, bunyi adalah bentuk sekalipun abstrak tapi berpola dan makna. Pola fonem yang ada berbeda untuk setiap bahasa. Perbedaan fonem setiap bahasa yang paling terlihat adalah kuantitasnya. Setiap bahasa mempunyai jumlah fonem yang berbeda, maksudnya sebuah fonem mungkin hadir dalam satu bahasa namun absen dalam bahasa lain.
            Jenis-jenis fonem dalam bahasa Indonesia, secara resmi ada 32 buah fonem, yang terdiri atas: (a) fonem vokal 6 buah (a, i. u, e, ∂, dan o), (b) fonem diftong 3 buah, dan (c) fonem konsonan 23 buah (p, t, c, k, b, d, j, g, m, n, n, η, s, h, r, l,w, dan z). [2]  Apakah fonem dapat disebut juga sebagai grafem(huruf) ?
            Grafem adalah sistem pelambangan bunyi alih-alih disebut sistem ejaan, pada dasarnya grafem adalah huruf. [2] Sedangkan selama ini kita mengetahui bahwa jumlah huruf dalam bahasa Indonesia ada 26 buah (a, b, c, d, e,f, g, h, i, j, k, l, m, n, o, p, q, r, s, t, u, v, w, x, y, z).
            Fonem berbeda dengan grafem karena grafem berbicara tentang huruf, sedangkan fonem berbicara tentang bunyi. Seringkali representasi tertulis kedua konsep ini sama. Misalnya kata "ladang" mempunyai enam grafem, yakni <l>, <a>, <d>, <a>, <n>, dan <g>. Dari segi bunyinya perkaatan yang sama itu hanya mempunyai lima fonem, yakni /l/, /a/, /d/, /a/, dan /ŋ/ karena grafem <n> dan <g> hanya mewakili satu fonem /ŋ/ saja.
            Fonem adalah bunyi bahasa yang dapat atau berfungsi membedakan makna. [1] Dalam ilmu bahasa (linguistik) kajian atau analisa bunyi bahasa dengan memperhatikan statusnya sebagai pembeda makna adalah fonemik. [1] Bunyi bahasa yang diucapkan oleh manusia akan memiliki pembeda makna pada setiap bunyi bahasanya. [1] Objek kajian dari fonemik adalah fonem, berbeda dengan objek kajian fonetik yang mengkaji fon. [1]
            Dalam kajian fonemik, istilah fonem juga dibicarakan. Bahwa fonem merupakan bunyi bahasa  terkecil yang dapat atau berfungsi membedakan arti. Telaah tentang fonem inilah yang dikatakan fonemik. Karena bunyi bahasa yang dihasilkan oleh alat bicara kita itu banyak ragamnya, bunyi-bunyi itu dikelompok-kelompokkan ke dalam unit-unit yang disebut fonem. Fonem inilah yang dijadikan  objek penelitian fonemik. Jadi, tidak seluruh bunyi bahasa yang bisa dihasilkan oleh alat bicara dipelajari oleh fonemik. Bunyi-bunyi bahasa yang fungsional yang menjadi kajian fonemik.

Rujukan
1.       ^  Abdul Chaer (2003). Linguistik Umum. Bandung: Rineka Cipta.
2.       ^ Mansur Muslich (2008). Fonologi Bahasa Indonesia: Tinjauan Deskriptif Sistem             Bunyi Bahasa             Indonesia. Jakarta: Bumi Askara